Saya hanya terinspirasi ketika di pagi 14 februari, bersepeda keluar tanpa menyadari berita apapun di televisi. Jalanan, gerobak, meja-meja dan kursi-kursi, halaman tukang fotokopi, dan apapun yang berusaha memperlihatkan peradaban manusia, semua kehilangan saturasi, kehilangan warna-warni.
Pada dasarnya, saya hanya merasa bahwa saya sedang berada di kota mati. Padahal, itu hanya kiriman abu vulkanik dari jerawat bumi yang disebut gunung yang bahkan berjarak tidak kurang dari 130 km dari lokasi saya saat itu, Surabaya. Saya hanya merasa bahwa disaat semacam itu, kita tidak lebih dari koloni semut yang kalangkabut ketika butiran hujan menghantam, atau seperti kecoak di gang-gang yang mengerang akibat asap fogging yang menyerang. Ya, kita.
Uploaded 16 February 2014