Share this project :

VISITOR COMMENTS

 

PROJECT BY

SAVE HUMAN RIGHTS ‘TANAH AIR KU INDONESIA’ Tanah adalah hakikat: pra kondisi paling primitif bagi keberlangsungan hidup manusia. Relasinya begitu sederhana dan kental: kehidupan bermula, berlangsung dan berakhir di atas tanah. Tanah adalah tempat menyemai: tempat dimana anak-anak bermain, belajar dan tumbuh berkembang sesuai dengan lingkungannya. Hari ini kita menyaksikan jutaan orang tanpa tanah. Bagi sebagian besar masyarakat miskin, harga tanah semakin tidak masuk akal. Beberapa yang lebih terjangkau harganya berada setidaknya 2 jam perjalanan dari tempat mereka bekerja di pusat Jakarta. Beberapa dari mereka yang nekat tinggal di tengah kota dituduh sebagai pelanggar ketertiban umum dan penyebab kumuhnya kota. Tanah mereka dikategorikan sebagai “tanah informal” mereka harus siap “direlokasi” kapanpun negara menghendaki. Frasa “Tanah Air ku Indonesia” hampir-hampir tidak relevan bagi mereka. Masa depan mereka adalah masa depan tanpa tanah – “tanpa tempat berlindung di hari tua sampai akhir” menutup mata. (Komisi HAM PBB 1993/77a, 1993/77 tentang ‘Forced Eviction’ adalah pelanggaran berat HAM, terutama hak akan tempat tinggal yang memadai).