ENSIKLOPEDIA VISUAL TENUN BALI
Cover Buku. Foto yang ada di cover ini adalah sosok nenek yang ada di pulau Nusa Penida. Ya, saya pergi kesana untuk mendokumentasikan Tenun Rang-rang yang berasal dari pulau Nusa Penida
Daftar Isi.
Foto di atas adalah foto dari Tenun Songket motif Wayang dan Bunga Kurungan.
BAB 1. Zaman Prasejarah
Kebudayaan menenun ternyata sudah terlihat dari zaman prasejarah (2000 SM), yang berawal dari pembuatan anyaman dari dedaunan dan akar tumbuhan yang digunakan untuk menyimpan dan membawa barang, karena sebelumnya penggunaan wadah dari tanah liat tidak efektif.
Seperti yang kita tahu, tenun memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tenun melambangkan sebuah strata (status seseorang) di lingkungannya. Terdapat aturan-aturan yang menjelaskan siapa saja yang bisa menggunakan tenun dengan motif tertentu.
Salah satu pembatas bab. Setiap bab saya konsep spread, dengan foto close - up menggunakan fixed lens. Foto ini adalah foto benang-benang yang telah diwarnai dengan teknik ikat.
BAB 2. Alat dan Bahan
Secara tradisional, tentu penamaan alat-alat ini berbeda di setiap daerah di Indonesia.
Meski tidak semua daerah menggunakan bahan yang sama, tetapi semua bahan pewarna alami ini memberikan warna yang khas pada setiap tenun daerah.
Tenun Endek dan ragam motifnya. Tenun Endek memang memiliki persebaran paling banyak yaitu hampir di seluruh Bali. Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan pemakaian kain Endek bagi setiap pekerja kantor di Bali, cukup meningkatkan popularitas Tenun Endek.
Tenun Songket dan ragam motifnya. Secara teknik, Tenun Songket dan Tenun Endek memiliki perbedaan. Tenun Endek dapat dibuat dengan alat ATBM yang lebih modern, sementara Tenun Songket masih dibuat dengan alat tradisional bernama cag-cag. Hal ini membuat Tenun Songket memiliki harga lebih mahal.
Tenun Geringsing, dan ragam motifnya beserta kehidupan di Desa Tenganan.
Dari sekian banyak jenis Tenun Bali, saya paling jatuh cinta dengan Tenun Geringsing. Tidak hanya jatuh cinta pada teknik pembuatan tenunnya yang hanya ada 1 di Indonesia (Ya, teknik dobel ikat ini hanya 3 negara saja yang memilikinya yaitu India, Jepang, dan Indonesia) tapi saya juga cinta dengan masyarakat Desa Tenganan Pegeringsingan.
Saya sangat menikmati riset Tugas Akhir saya, apalagi ketika saya berkunjung kesini. Sangat panjang jika saya ceritakan disini, saya anjurkan Anda mampir ke desa ini jika berkunjung ke Bali, atau membaca buku saya ya (tentunya jika sudah diterbitkan)
Salah satu motif Tenun Geringsing, dan disini saya mencoba membedah arti setiap lambang dari motif ini, karena motif-motif Tenun Geringsing sangat menarik untuk dibedah satu persatu. Tetapi saya hanya berhasil membedah satu motif saja, dengan bantuan literatur dan penelitian terdahulu.
Tenun Rangrang dan ragam motifnya. Meskipun motif-motif Tenun Rangrang tidak sebanyak jenis tenun lainnya, tetapi saya juga menikmati perjalanan riset saya ke Pulau Nusa Penida. Hal yang menarik dari Tenun Rangrang adalah hampir sebagian besar dari tenun ini berlubang. Bukan karena salah menenun/ rusak, melainkan lubang-lubang ini merupakan ciri khas dari teknik membuat Tenun Rangrang
Daftar Pustaka dan Daftar Gambar.
Tentunya sebagai seorang mahasiswa dan orang yang menghargai seni dan hasil karya orang lain, saya tidak lupa mencantumkan sumber referensi literatur dan gambar yang saya gunakan untuk melengkapi konten buku saya. Namun jika buku ini dipublikasikan, saya berharap saya bisa mengambil semua foto untuk konten buku ini dengan hasil jerih payah sendiri.
Cover Belakang.
Foto yang ada di cover ini adalah foto dari gadis-gadis cantik Desa Tenganan Pegringsingan. Foto ini saya ambil ketika upacara Rejang dan Abuang, sehingga saya mendapatkan foto indah ini, ketika mereka sedang mengenakan Tenun Geringsing.
VISITOR COMMENTS
Please log in to post visitor message..
ABOUT THE PROJECT
Ensiklopedia Visual ini merupakan Tugas Akhir saya di Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Buku ini berisi penjelasan singkat tentang sejarah perkembangan tenun di Indonesia, alat dan bahan pembuatan tenun tradisional yang masih menggunakan pewarna warna alam dan alat tradisional bernama cag-cag. Bagian inti dari buku ini adalah kisah dan arti di balik setiap penamaan Tenun Bali, baik itu Tenun Endek, Tenun Songket, Tenun Geringsing, Tenun Rang-rang, dan Tenun Lainnya.
Output buku ini berukuran 25 x 27 cm. Berukuran besar memang, hal ini dikarenakan konten foto dari setiap motif tenun harus diperlihatkan dengan jelas. Menggunakan kertas matte paper untuk memberikan kesan mewah pada buku ini. Semua foto yang ada di dalam buku ini 90% dari hasil jepretan saya sendiri, sisanya saya mengambil dari buku literatur dan website museum. Hal ini dikarenakan foto yang diperlukan adalah foto masa lalu (untuk menjelaskan sejarah perkembangan tenun), dan beberapa foto kain tenun yang memang sudah punah karena tidak ada lagi pengrajin yang bisa membuat motif yang susah ini.
Saya sangat berharap jika buku ini dipublikasikan secara massal, saya berharap masyarakat Indonesia maupun semua orang di dunia mampu menghargai salah satu peninggalan budaya nenek moyang kita, yang dibuat penuh dengan filosofi dan makna, dibuat dengan sepenuh hati, dan tentunya dalam pembuatan tenun asli ini, tidak serta merta jadi dalam sehari, tetapi berbulan-bulan, bahkan ada yang bertahun-tahun karena pembuatan motifnya sangat rumit seperti Tenun Geringsing.
Uploaded 29 March 2017
TAGS
STATISTICS
3478 views
8 likes
2 comments